Fakta Bab 1, ttg Muqoddimah
BAB 1
{{Buku baru yang berjudul Kamus Syirik (Edisi Revisi Telaah Kritis atas doktrin faham Wahabi /Salafi) , sekitar 500
halaman, ALHAMDULILLAH SUDAH TERBIT BULAN AGUSTUS 2009. Buku ini belum beredar merata di
Indonesia, bagi peminat mungkin bisa dating pada toko-toko di jl.Sasak,
Surabaya atau ditoko-tokobuku Gramedia .Atau bias hubungi telefon nr. (62) 31 60604235 langsung pengedar buku tersebut. }}
Daftar
Isi kitab kamus syirik ,mengingat jumlah halaman buku, tidak selengkap isi website kami ini,
tetapi cukup untuk menjelaskan dalil-dalil amalan yang dikerjakan oleh golongan ahlus Sunnah waljamaah dan amalan yang sering diteror oleh golongan pengingkar, misalnya tawassul / tabarruk, taklid imam madzhab, ziarahkubur,
peringatan2 keagamaan, majlis dzikir dan lain sebagainya.
Sebuah Pengantar
Dengan nama
Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.
قلْ كلٌّ يعْمل على شاكلته فربّكم
اعْلم بمنْ هواهْدى سبيْلاً
Katakanlah(hai Muhammad): Biarlahsetiap
orang berbuat menurut keadaannya masing-masing, karenaTuhanmu lebih
mengetahui siapa yang lebih lurus (jalan yang ditempuhnya).” (Al-Isra’
: 84) “
....فلا تزكّوا أنْفسكم هو أعْلم بمن
ا تّقي
“….janganlah kamu merasa sudah bersih, Dia
(Allah) lebih mengetahui siapa yang bertaqwa.” (An-Najm
: 32)
Segala puji bagi Allah seru sekalian
alam, shalawat dan salam terlimpah atas penghulu manusia, yang terdahulu dan
yang terakhir, yakni junjungan kita Nabi Muhammad saw., juga atas segenap
keluarganya yang suci dan para sahabatnya yang mulia sampai hari kemudian.
Alhamdulillah dengan kesuksesan
peredaran buku yang berjudul Telah Kritis atas doktrin Faham
Wahabi/Salafi, kami memperbaharui cetakan berikutnya dengan
memperbanyak dalil-dalil yang mutawatir, shohih, hasan dan sebagainya mengenai
masalah-masalah yang dikemukakan pada daftar isi buku itu.
Cetakan berikutnya kami beri judul Kamus Syirik
(edisi revisi Telaah Kritis atas doktrin faham Salafi/Wahabi). Daftar
Isi kitab kamus syirik, tidak selengkap isi website kami
ini ,mengingat jumlah halaman buku, tetapi cukup untuk menjelaskan
dalil-dalil amalan yang dikerjakan oleh golongan ahlus Sunnah wal jamaah dan
amalan yang sering diteror oleh golongan pengingkar, misalnya
tawassul/tabarruk, taklid imam madzhab, ziarah kubur, peringatan2 keagamaan,
majlis dzikir dan lain sebagainya.
Tidak lain tujuan penulis,
adalah untuk membuka pikiran kita kaum muslimin agar tidak saling cela mencela
antara satu golongan madzhab dengan golongan madzhab lainnya. Pembahasanmengenaisemuamakalah
yang tercantum dibuku tersebut sama sekali tidak bermaksud hendak membuka perdebatan atau polemik, tidak lain
bermaksud menyampaikan dalil-dalil yang
dijadikan hujjah oleh kaum muslimin yang menjalani amalan-amalan seperti;
tawassul, tabarruk, peringatan-peringatan keagamaan dan lain
sebagainya yang tertulis dibuku itu.
Pada akhir-akhir ini sebagian
golongan umat Islam yang mengklaim dirinya telah menjalankan syari’at (agama) paling
benar, paling murni, pengikut para Salaf Sholeh dan menuduh
serta melontarkan kritik tajam sebagai perbuatan sesat dan syirik kepada sesama
muslim, bahkan sampai berani mengkafirkannya, hanya karena perbedaan pendapat
dengan melakukan ritual-ritual Islam seperti ziarah kubur, berkumpul membaca
tahlil/yasinan untuk kaum muslimin yang telah meninggal, berdo’a sambil
tawassul kepada Nabi saw. dan para waliyyullah/sholihin, mengadakan peringatan
keagamaan diantaranya maulidin/kelahiran Nabi saw., pembacaan Istighotsah, dan
sebagainya. Bahkan ada yang sampai berani mengatakan bahwa pada majlis-majlis
peringatan keagamaan tersebut adalah perbuatan mungkar karena didalamnya
terdapat, minuman khamar (alkohol), mengisap ganja dan perbuatan-perbuatan
munkar lainnya. Golongan yang sering mengatakan dirinya paling benar itu tidak
segan-segan menuduh orang dengan fasiq, sesat, kafir, bid’ah dholalah,
tahrif Al-Qur'an (merubah al-Qur’an) dan tuduhan-tuduhan keji lainnya. Ini
fitnahan yang amat keji dan membuat perpecahan antara sesama
muslim.
Alasan yang sering mereka
katakan bahwa semuanya ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulallah saw.,
atau para sahabat, dengan mengambil dalil hadits-hadits dan ayat-ayat Al
Qur’an yang menurut paham mereka bersangkutan dengan amalan-amalan tersebut.
Padahal ayat-ayat ilahi dan hadits Rasulallah saw. yang mereka sebutkan
tersebut ditujukan untuk orang-orang kafir dan orang-orang yang membantah,
merubah dan menyalahi serta menentang perintah Allah dan Rasul-Nya.
Golongan pengingkar ini sering
mengatakan hadits-hadits mengenai suatu amalan yang bertentangan
dengan pahamnya itu semuanya tidak ada, palsu, lemah, terputus
dan lain sebagainya, walaupun hadits-hadits tersebut telah dishohihkan oleh
para pakar hadits. Begitu juga bila ada ayat Ilahi dan hadits yang
maknanya sudah jelas tidak perlu ditafsirkan lagi serta makna ini
disepakati oleh para pakar islam dan oleh sebagian ulama dari golongan
pengingkar ini sendiri, mereka dengan sekuat tenaga akan merubah
makna ayat dan hadits ini bila berlawanan dengan paham golongan
ini sampai sesuai/sependapat dengan pahamnya. Disamping itu
golongan pengingkar ini akan mentakwil (menggeser arti) omongan ulama mereka
yang menyetujui arti dari ayat ilahi dan hadits itu sampai sesuai dengan
paham mereka. Oleh karenanya banyak pakar hadits dari berbagai madzhab mencela
dan mengeritik kesalahan golongan pengingkar yang sudah jelas itu. Para
pembaca bisa meneliti dan menilai sendiri nantinya apa yang tercantum dalam
website dihadapan anda ini.
Kita semua tahu bahwa firman
Allah swt. (Alqur’an) yang diturunkan pada Rasulallah saw. itu sudah lengkap
tidak satupun yang ketinggalan dan dirubah. Bila ada orang yang mengatakan
bahwa kalimat-kalimat/tekts yang tertulis didalam Alqur’an telah dirubah dan
lain sebagainya, maka ia telah meragukan kekuasaan Allah swt., karena Dia telah
berfirman yang artinya: 'Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan al-qur'an dan Kamilah yang menjaganya (QS.Al-Hijr:9). Seandainya
Al-Qur'an tidak dijamin oleh Allah swt., tentu al-qur'an juga sudah berubah,
sebagaimana kitab-kitab suci sebelumnya. Lain halnya dengan hadits Rasulallah
saw, ini tidak ada jaminan dari Allah swt., sehingga banyak diketemukan
hadits-hadits palsu, sehingga para pakar hadits harus meneliti setiap
hadits.
Masalah haram atau halal
suatu amalan itu, telah diterangkan dalam syariat islam dengan jelas. Bila
tidak ada keterangan yang jelas untuk suatu masalah, para ulama akan menilai
dan meneliti amalan itu, apakah amalan itu sejalan dan tidak bertentangan
dengan syari’at yang telah digariskan oleh Allah swt. dan Rasul-Nya.
Bila amalan tersebut tidak
bertentangan dengan syari’at, malah sebaliknya banyak hikmah dan manfaat bagi
ummat muslimin khususnya, maka para ulama ini tidak akan mengharamkan amalan
tersebut, malah justru menganjurkan/mensarankan agar diamalkannya oleh
muslimin. Karena mengharamkan atau menghalalkan suatu amalan harus mengemukakan
nash-nash yang khusus untuk masalah itu. Apalagi amalan-amalan dzikir yang
masih ada dalilnya baik secara langsung maupun tidak langsung yang semuanya
mengingatkan kita kepada Allah swt. dan Rasul-Nya serta bernafaskan tauhid.
Umpamanya, kumpulan/majlis dzikir (tahlilan, istighotsah, kumpulan majlis
dzikir secara jahar, peringatan keagamaan ..), ziarah kubur, bertawasul dalam
do’a, bertabarruk dan lain sebagainya. Tidak ada alasan orang untuk
mengharamkannya. Jadi dalil-dalil yang mereka sebutkan untuk melarang
amalan-amalan yang dikemukakan tadi tidak tepat, karena hal itu termasuk
kategori dzikir kepada Allah swt. dan merupakan perbuatan kebaikan. Dan semua
perbuatan baik dengan cara apapun asal tidak melanggar dan menyalahi perintah
Allah dan Rasul-Nya yang telah digariskan dalam syariat malah dianjurkan oleh
agama. Jika amalan-amalan yang telah dikemukakan itu dilarang, tidak
disenangi dan dianggap sebagai perbuatan bid’ah dholalah (sesat), bagaimana
dengan majlis yang tanpa di-iringi dengan dzikrullah dan shalawat pada Nabi
saw. seperti berkumpulnya kaum muslimin disuatu tempat hanya sekedar
ngobrol-ngobrol saja ?
Yang lebih mengherankan, para
ulama golongan pengingkar amalan-amalan tadi, berani menvonis bahwa
amalan-amalan itu bid’ah munkar, sesat, syirik dan lain sebagainya.
Kalau seorang ulama sudah berani memfitnah seperti itu, apalagi orang-orang
awam yang membaca tulisan tersebut justru lebih berbahaya lagi, karena mereka
hanya menerima dan mengikuti tanpa tahu dan berpikir panjang mengenai kata-kata
ulama tersebut. Perbedaan pendapat antara kaum muslimin itu selalu ada,
tetapi bukan untuk dipertentangkan dan dipertajam dengan saling mensesatkan dan
mengkafirkan satu dengan yang lainnya. Pokok perbedaan pendapat soal-soal
sunnah, nafilah yang dibolehkan ini hendaknya dimusyawarahkan oleh para ulama
kedua belah pihak. Karena masing-masing pihak sama-sama berpedoman pada
Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulallah saw. (hadits), namun berbeda dalam
hal penafsiran dan penguraiannya (sudut pandang mereka).
Janganlah setelah menafsirkan
dan menguraikan ayat-ayat Allah dan hadits Nabi saw. mengecam, menyalahkan atau
berani mensesatkan/mengkafirkan kaum muslimin dan para ulama dalam suatu
perbuatan, karena tidak sepaham dengan madzhabnya. Orang seperti ini sangatlah
fanatik dan extreem yang menganggap dirinya paling benar dan paham sekali akan
dalil-dalil syari’at, menganggap kaum muslimin dan para ulama yang tidak
sependapat dengan mereka, adalah sesat, bodoh dan lain sebagainya. Kami
berlindung pada Allah swt, dalam hal tersebut. Allah Maha Mengetahui hamba-Nya
yang benar jalan hidupnya. Ingat firman Allah swt. diatas (Al-Isra’[17] : 84
dan An Najm [53] : 32) dan ayat-ayat yang semakna.
Kita boleh mengeritik atau
meluruskan suatu golongan muslimin, bila golongan ini sudah jelas benar-benar
menyalahi dan keluar dari garis-garis syari’at Islam. Umpama mereka meniadakan
kewajiban sholat setiap hari, menghalalkan minum alkohol, makan babi dan
lain sebagainya, yang mana hal ini sudah jelas dalam nash bahwa sholat itu
wajib, minum alkohol dan makan babi itu haram. Begitu juga kita boleh
mengeritik/meluruskan suatu golongan muslimin yang meriwayatkan hadits tentang
tajsim/penjasmanian atau penyerupaan/ tasybih Allah swt sebagai makhluk-Nya (Umpama;
Allah mempunyai tangan, kaki, wajah secara hakiki atau arti yang
sesungguhnya), karena semua ini tidak dibenarkan oleh para pakar Islam,
karena hadits tersebut bertentangan dengan firman Allah swt. yang mengatakan
tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya dan sebagainya, baca surat Asy-Syuura
[42] : 11: surat Al-An’aam [6] : 103; dan surat Ash-Shaffaat [37] : 159 dan
ayat-ayat lain yang semakna. Dengan demikian perbedaan pendapat antara
golongan muslimin yang sudah jelas dan tegas melanggar syari’at Islam inilah
yang harus diselesaikan dengan baik antara para ulama setiap golongan tersebut.
Jadi bukan dengan cara tuduh menuduh, cela-mencela antara setiap kaum muslimin.
Pernah terjadi
yaitu pengalaman seorang pelajar di kota Makkah yang berceritera bahwa ada
seorang ulama tunanetra yang suka menyalahkan dan juga mengenyampingkan
ulama-ulama lain yang tidak sepaham dengannya mendatangi seorang ulama yang
berpendapat tentang jaiznya/bolehnya melakukan takwil (penggeseran arti)
terhadap ayat-ayat mutasyabihat/ samar seperti
ayat: Yadullah fauqo aidiihim (tangan Allah diatas tangan mereka), Tajri
bi a’yunina ( [kapal] itu berlayar dengan mata Kami) dan lain
sebagainya. Ulama yang membolehkan ta’wil itu berpendapat bahwa kata tangan
pada ayat itu berarti kekuasaan (jadi bukan berarti tangan Allah swt
secara hakiki/sebenarnya) sedangkan kata mata pada ayat ini berarti pengawasan.
Ulama tunanetra yang memang
tidak setuju dengan kebolehan menakwil ayat-ayat mutasyabihat diatas itu
langsung membantah dan mengajukan argumentasi dengan cara yang tidak sopan dan
menuduh pelakuan takwil sama artinya dengan melakukan tahrif (perubahan)
terhadap ayat Al-Qur’an. Ulama yang membolehkan takwil itu setelah didamprat
habis-habisan dengan tenang memberi komentar: “Kalau saya tidak boleh
takwil, maka anda akan buta di akhirat”. Ulama tunanetra itu bertanya:
“Mengapa anda mengatakan demikian?”. Dijawab : Bukankah dalam surat al–Isra’
ayat 72 Allah swt berfirman: “Barangsiapa buta didunia, maka di akhirat pun
dia akan buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar”.
Kalau saya tidak boleh takwil,
maka buta pada ayat ini pasti diartikan dengan buta mata dan tentunya nasib
anda nanti akan sangat menyedihkan yakni buta diakhirat, karena didunia ini
anda telah buta mata (tunanetra). Karenanya bersyukurlah dan hargai pendapat
orang-orang yang membolehkan takwil sehingga kalimat buta pada ayat diatas
menurut mereka diartikan dengan: buta hatinya jadi bukan arti
sesungguhnya yaitu buta matanya. Ulama yang tunanetra itu akhirnya diam
membisu, tidak memberikan tanggapan apa-apa".
Alangkah baiknya jika perbedaan
paham antara kaum muslimin ini diselesaikan dengan berdialog yang
baik ! Allah swt. berfirman dalam surat An-Nahl ayat 125 : ”Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Sebagai ummat yang terbaik,
kita tentu tidak ingin tercerai berai hanya lantaran berbeda pandangan dalam
beberapa masalah yang tidak prinsipil. Kalau kita teliti lebih dalam
ajaran-ajaran Islam, maka kita akan temukan persamaan diantara golongan masih
jauh lebih banyak daripada perbedaan dalam menafsirkan ajaran-ajaran Islam
tersebut. Tapi kenyataan yang terjadi justru perbedaan yang tidak banyak itulah
yang sering diperuncing dan ditampakkan sementara persamaan yang ada malah
disembunyikan.
Mari kita perhatikan
hadits-hadits Nabi saw berikut ini :
Rasulallah saw. bersabda:
لنْ يدْخل أحداً منْكمْ عمله الجنّة قالوْا ولا أنْت يا رسوْل الله, قال : ولا أنا إلاّ أنْ يتغمّدني الله بفضْلٍ
منْه ورحْمةٍ.
Artinya: “Tidak ada
seorangpun diantara kamu yang akan masuk surga lantaran amal ibadahnya.
Para sahabat bertanya: ‘Engkau juga tidak wahai Rasulallah?’ Nabi menjawab:
‘Saya juga tidak, kecuali kalau Allah melimpah kan kepadaku karunia dan
rahmat kasih sayang-Nya’ ”. (HR. Muslim)
Juga sabda Nabi saw dalam
hadits yang lain:
أيّها النّاس أفْشوْا السّلام و أطْعموْا الطّعام وصلوا الأرْحام وصلّوا
باللّيْل والنّاس نيام تدْخلوْا الْجنّة بسلامٍ
Artinya:“Wahai sekalian
manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambungkanlah hubungan
persaudaraan dan dirikanlah sholat ditengah malam niscaya kalian akan masuk
surga dengan penuh keselamatan”.
Memahami hadits diatas ini maka
kita akan seharusnya bertanya; ‘Apakah mungkin karunia dan rahmat kasih sayang
Allah swt. akan dilimpahkan kepada kita sementara perbedaan yang kecil dalam
masalah ibadah sunnah senantiasa kita perbesar dengan saling mengejek, mengolok-olok,
men- fitnah, mensesatkan, saling melukai bahkan saling bunuh….?’
Kunci untuk masuk surga
tidaklah cukup dengan hanya melakukan shalat tengah malam saja, tapi harus ada
upaya untuk menyebarkan salam, memberi bantuan dan menyambung tali persaudaraan.
Tanpa adanya tiga upaya ini, maka sebagian kunci surga kita telah terbuang.
Bukankah perbedaan paham disikapi dengan saling sesat menyesatkan satu sama
lain, sudah tentu, akan mengakibatkan munculnya permusuhan, membikin kesulit an
dan memutuskan tali persaudaraan. Menuduh, mengolok-ngolok kaum muslimin
dengan tuduhan dan memberi gelar yang sangat buruk seperti bid’ah dholalah,
laknat atau syirik ini sama dengan ‘kufur’.
Kalau memang dakwah golongan
yang suka mengolok-olok ini senantiasa berdasarkan Al-Qur’an, mengapa mereka
melanggar tuntunan Al-Qur’an dalam surat Al-Hujurat ayat 11 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah satu kelompok mengolok olok kelompok yang lain karena
bisa jadi mereka yang diolok-olok itu justru lebih baik dari mereka yang
mengolok-olok. Janganlah pula sekelompok wanita mengolok-olok kelompok wanita
yang lain karena bisa jadi kelompok wanita yang diolok-olok justru lebih baik
dari kelompok wanita yang mengolok-olok. Janganlah kalian mencela sesamamu dan
janganlah pula kalian saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Sejelek-jelek sebutan sesudah beriman adalah sebutan ‘fasiq’. Karenanya
siapa yang tidak bertobat (dari semua itu), maka merekalah orang-orang
yang dzalim”.
Begitu juga kalau dakwah golongan
tersebut senantiasa berdasarkan kepada hadits Nabi saw yang shahih,
lalu mengapa mereka melanggar beberapa hadits shahih diriwayatkan oleh
Bukhori dan Muslim:
المؤْمن
للْمؤْمن كالْـبنْيان يشدّ بعْضه
بعْضًا
Artinya: “Seorang mukmin itu
terhadap mukmin yang lain adalah laksana bangunan, yang sebagiannya mengokohkan
sebagian yang lain”
Hadits lainnya riwayat Bukhori dan Muslim dari
Ibnu Umar, yang katanya, Rasulallah saw. bersabda:
ابْن عمر ) ر ( قال : قال رسوْل الله.ص.: اذا قال الرّجل
لأخيْه: ياكافرفقدْ باء بها أحدهما فانْ كان كما قال و
إلاّ رجعتْ عليْـه.
Artinya“Barangsiapa yang berkata pada
saudaranya ‘hai kafir’ kata-kata itu akan kembali pada salah satu diantara
keduanya. Jika tidak (artinya yang dituduh tidak demikian) maka kata itu
kembali pada yang mengucapkan (yang menuduh)”.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhori
:
منْ
شهد أنْ لا إله إلاّ الله واسْتقْبل قبْلتنا و صلّى صلاتنا و أكل ذبيحتنا فهو المسْلم له ما للْمسْلم وعليْه ما على الْمسْلم
Artinya: “Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah,
menganut kiblat kita (ka’bah), shalat sebagaimana shalat kita, dan
memakan daging sembelihan sebagaimana sembelihan kita, maka dialah orang Islam.
Ia mempunyai hak sebagaimana orang-orang Islam lainnya. Dan ia mempunyai
kewajiban sebagaimana orang Islam lainnya”.
Hadits riwayat At-Thabrani dalam Al-Kabir ada sebuah hadits dari Abdullah
bin Umar dengan isnad yang baik bahwa Rasulallah saw. pernah memerintahkan:
كفّوْا عنْ أهْل (لا إله إلاّ الله)
لا تكفّروهمْ بذنْبٍ وفى روايةٍ ولا تخْرجوْهمْ من الإسْلام بعملٍ.
Artinya:
“Tahanlah diri kalian (jangan
menyerang) orang ahli ‘Laa ilaaha illallah’ (yakni orang Muslim).
Janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa”. Dalam
riwayat lain dikatakan: “Janganlah
kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatu amal ( perbuatan)”.
Hadits riwayat Bukhori, Muslim dari Abu Dzarr ra.
telah mendengar Rasulallah saw. bersabda:
وعنْ أبي ذرٍّ (ر) انّه سمع رسوْل الله .ص. يقوْل : منْ دعا
رجلاً بالْكفْر أوْ قال: عدوّ الله وليْس كذلك ألاّ
حار عليْه(رواه البخاري و مسلم)
“Siapa yang memanggilseorangdengankalimat
‘HaiKafir’, atau ‘musuh Allah’, padahal yang dikatakanitutidak demikian,
makaakankembalipadadirinyasendiri”.
Hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari Itban bin
Malik ra berkata:
وعنْ عتْبان ابْن مالكٍ (ر) في
حديْثه الطّويْل الْمشْهوْر الّذي تقدّم في باب الرّجاء قال : قام النّبيّ .ص. يصلّي
فقال: ايْن مالك بْن الدخْشم ؟ فقال رجلٌ: ذالك منافقٌ, لا يحبّ الله ولا
رسوله, فقال النّبيّ .ص. : لاتقلْ ذالك, ألا تراه قدْ قال: لا اله
الاّ الله يريْد بذالك وجْه الله وانّ الله قدْ حرّم علي النّارمنْ قال : لا اله
الاّ الله يبْتغي بذالك وجْه الله (رواه البخاري و مسلم)
Artinya: “Ketika Nabi saw. Berdiri sholat dan bertanya: ‘Dimanakah Malik bin Adduch-syum’? Lalu dijawab oleh seorang: Itu munafiq, tidak suka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Maka Nabi saw.
bersabda: ‘Jangan berkata demikian, tidakkah kau tahu bahwa ia telah mengucapkan ‘Lailahaillallah’ dengan ikhlas karena Allah. Dan Allah telah mengharamkan api neraka atas orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas karena Allah’ ”.
Dari Zaid bin Cholid Aljuhany ra berkata:
Rasulallah saw. bersabda
عنْ زيْد
أبْن خالدٍ الْجهنيّ(ر) قال: قال رسوْل الله .ص . لا تسبّوْالدّيْك فأنّه يوْقظ
للصّلاة (رواه
أبوداود)
“Jangan kamu memaki ayam jantan
karena ia membangunkan untuk sembahyang”. (HR.Abu
Daud).
Binatang yang dapat
mengingatkan manusia untuk sholat shubuh yaitu berkokoknya ayam jago pada waktu
fajar telah tiba itu tidak boleh kita maki/cela, bagaimana dengan orang yang
suka mencela, mensesatkan saudaranya yang mengadakan majlis dzikir, yang
disana selalu didengungkan kalimat-kalimat ilahi, sholawat pada Nabi saw..
serta pujian-pujian pada Allah swt. dan Rasul-Nya, yang semuanya ini tidak lain
bertujuan untuk mengingatkan serta mendekatkan diri pada Allah swt. agar
menjadi hamba yang mencintai dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya?
Hadits riwayat Bukhori, Muslim dari Abu Hurairah
ra telah mendengar Rasulallah saw bersabda
:
وعنْ أبيْ هريْرة (ر) أنّه سمع
النّبيّ.ص. يقوْل: أنّ الْعبْد ليتكلّم بالكلمة ما يتبيّن فيْها يزلّ بها ألى
النّار ابْعد ممّا بيْن المشْرق والمغْرب (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: “Sungguh adakalanya seorang hamba berbicara sepatah kata yang tidak
diperhatikan, tiba-tiba ia tergelincir ke dalam neraka oleh kalimat itu lebih
jauh dari jarak antara timur dengan barat". (HR.Bukhori dan Muslim)
Memahami hadits ini kita
disuruh hati-hati untuk berbicara, karena sepatah kata yang tidak kita
perhatikan bisa menjerumuskan kedalam api neraka. Nah kita tanyakan lagi,
bagaimana halnya dengan seseorang yang sering mencela, mensesatkan
golongan muslimin yang selalu mengadakan majlis dzikir, peringatan-peringatan
agama yang didalam majlis-majlis tersebut selalu dikumandangkan tasbih, tahmid,
sholawat pada Nabi saw. dan lain sebagainya ? Pikirkanlah !
Didalam surat An-Nisaa [4]: 94
artinya; “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang)
di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang
mengucapkan ‘salam’ kepadamu ‘Kamu bukan seorang mukmin’ (lalu kamu
membunuhnya).. sampai akhir ayat.”
Lihat ayat ini dalam waktu
perang pun kita tidak boleh menuduh atau mengucapkan pada orang yang memberi
salam (dimaksud juga orang yang mengucapkan Lailaaha illallah) sebagai bukan
orang mukmin sehingga kita membunuhnya.
Perintah Allah swt. (dalam surat
Toha ayat 43-44) kepada Nabi Musa dan Harun -‘alaihimassalam- agar mereka pergi
keraja Fir’aun yang sudah jelas kafir dan melampaui batas untuk mengucapkan
kata-kata yang lunak/halus terhadapnya, barangkali dia (Fir’aun) bisa
sadar/ingat kembali dan takut pada Allah swt. Untuk orang kafir (Fir’aun) saja
harus berkata halus apalagi sesama muslim.
Masih banyak riwayat yang
melarang orang mencela, mengkafirkan sesama muslimin yang tidak dikemukakan
disini. Jelas buat kita dengan adanya ayat al-Qur’an dan hadits-hadits
Rasulallah saw. diatas, kita bisa bandingkan sendiri bagaimana tercelanya orang
yang suka menuduh sesat, kafir, syirik terhadap sesama musliminnya. Begitu
juga orang yang suka mencela, mensesatkan satu madzhab selama madzhab ini tidak
keluar dari akidah yang telah digariskan oleh syariat islam selain madzhabnya,
karena tidak sepaham dengan madzhabnya, Sebab tuduhan ini sangat
berbahaya. Nabi saw. menyuruh agar kita harus berhati-hati dan tidak
sembarangan untuk berbicara, yang mana ucapan itu bisa mengantarkan kita
keneraka. Wallahu a'lam.
Makalah dihadapan para
pembaca ini , akan menjawab seputar masalah Bid’ah (masalah baru),
Tawassul, Tabarruk dan sebagainya, yang penulis kutip dan kumpulkan
bagian-bagian yang penting saja dari keterangan dan tulisan para
ulama. Insya Allah akan lebih jelas bagi kita untuk bisa membedakan bid’ah
dholalah yang dilarang dan bid’ah hasanah, begitu juga
amalan-amalan mana yang diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sumber-sumber isi website
ini kami kutip dan kumpulkan dari kitab-kitab: Kitab Riyadhus Sholihin; Kitab At-Taj Al-Jaami’ Lil
Ushuuli Fii Ahaadititsir Rasuuli oleh Syeikh Manshur Ali Nashif Al-Husaini;
Kitab Fiqih Sunnah oleh Sayyid Sabiq; Kitab Keagungan Rasulallah saw. dan
Keutamaan Ahlul Bait oleh Almarhum H.M.H.Al-Hamid Al-Husaini ; kitab Keutamaan
Keluarga Rasulallah saw. oleh Almarhum K.H.Abdullah bin Nuh ; kitab Pembahasan
Tuntas Perihal Khilafiyah oleh Almarhum H.M.H Al-Hamid Al-Husaini; kitab Argumentasi
Ulama Syafi’iyah oleh Ustadz H.Mujiburrahman, kitab Shalat bersama Nabi saw.
oleh Syeikh Hasan bin Ali As-Saqqaf ; Kitab Asbabun Nuzul dan Hadits
Pilihan -sebagai penyusunnya saudara Syamsuri Rifa'i dan Ahmad
Muhajir ; Fiqh Klenik oleh M.Rdihwan Qoyyum Sa'id dan kitab-kitab
lainnya; dari situs Abusalafy dan website-website lainnya.
Semoga dengan
hadirnya website ini menjadikan kita memahami dan tidak ikut mensesatkan
atau mengkafirkan kaum muslimin yang menghadiri majlis majlis dzikir atau
mengikuti madzhab yang lain dari madzhabnya, sehingga mewujudkan kesatuan dan
persatuan antar umat Islam yang sudah terpecah belah. Insya Allah
semuanya ini bisa membuka hati kita untuk menyelidiki dan berpikir apakah benar
amalan-amalan tersebut sebagai bid’ah dholalah/rekayasa sesat ?
Hanya kepada Allah swt. penulis
memohon agar manfaat website ini bisa tersebar dan dicatat oleh-Nya sebagai
amalan yang ikhlas untuk yang Maha Mulia, menjadi penyebab keridhaan-Nya serta
mendekatkan kita kepada-Nya kelak di Surga, demi kebenaran (bi haqqi) Rasul-Nya
junjungan kita Nabi besar Muhammad saw.
Sebagai manusia yang penuh
kekurangan dan kesalahan, kami mengharap masukan dan saran dari segenap para
pembaca budiman, silahkan kirim via email syafii_ali55@yahoo.com
Juni 2007
A.Shihabuddin
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda